kritik salafi, adi hidayat, firanda, abul jauzaa, rodja, takdir,manhaj, manhaj salaf, tahzir, Abdullah taslim, al-albani,
Silsilah Pembelaan Terhadap Ust Adi Hidayat: Bantahan Untuk Ust Firanda Andirja Atas Kritikannya Terhadap Ust Adi Hidayat Tentang Masalah Takdir (Bag I)
Dalam ceramah ustadz AH yang mulia dengan judul : Perbedaan antara Taqdir dan Qodarullah https://www.youtube.com/watch?v=p5g7e_o7dJM Al-Ustadz AH berkata (menit 0:27) : “Yang seperti ini aliran qodariyah, semua terserah Allah semuanya terserah Allah, bahkan tidak mungkin saya bersin kecuali Allah berkehendak, tidak mungkin saya minum kecuali Allah berkendak. Tapi kesimpulannya ini salah, Anda harus membendakan antara qodar dengan taqdir. Kehendak Allah yang tidak ada intervensi kita di dalam itu disebut qodar, contoh tentang ajal seseorang....” (Komentar : AH keliru, kelompok yang seperti itu namanya bukan qodariyah tapi jabariyah)
Tidak benar itu, justru komentar ust Firanda inilah yang keliru, lantas dimana letak kekeliruannya? Ust Firanda sangat tidak bisa membedakan mana Qadariyah dan mana Jabbariyah, (mungkin saja ia bisa tapi dalam tulisannya ini ia tidak bisa) akibatnya, ia tidak bisa juga membedakan dua pernyataan yang berbeda dari ust Adi Hidayat.
Pernyataan pertama:
Pernyataan pertama:
Yang seperti ini aliran Qodariyah, semua terserah Allah semuanya terserah Allah, bahkan tidak mungkin saya bersin kecuali Allah berkehendak, tidak mungkin saya minum kecuali Allah berkendak. Tapi kesimpulannya ini salah, Anda harus membendakan antara qodar dengan taqdir.
Di sini ust Adi bicara mengenai takdir (versi pendapat pribadi beliau), ada kehendak manusia di dalamnya seperti bersin, minum tapi kehendak manusia ini rupanya masuk ke dalam kehendak Allah, tapi ustad Adi tidak mau menyebut ini sebagai qadar. Orang yang menyebut ini qadar (qadariyah) dikatakan ust Adi kesimpulannya salah.
Lalu beliau menjelaskan apa itu qadar dalam pernyataan yang kedua:
Lalu beliau menjelaskan apa itu qadar dalam pernyataan yang kedua:
Kehendak Allah yang tidak ada intervensi kita di dalam itu disebut qodar, contoh tentang ajal seseorang....”Jadi jelas, ust Firanda gagal paham terhadap pernyataan ust Adi, bahkan buntutnya adalah karena gagal paham terhadap kritikannya sendiri ust Firanda sampai tidak fokus (bersikap tidak konsisten); ia katakan pernyataan ust Adi di atas keliru dan yang benar adalah Jabbariyah.
Namun dalam kritikan berikutnya, ia malah katakan Qadariyah, bukan Jabbariyah, perhatikan kerancuan ust Firanda berikut,
Ust Adi kala menjelaskan bahwa manusia yang bersin dan minum adalah qadariyah, menurut ust Firanda ini keliru yang benar adalah Jabbariyah.Ust Firanda dalam kritikan berikutnya malah berkata orang yang makan dan minum dan bersin adalah qadariyah, Bagaimana ini? Apakah ust Firanda sengaja melucu atau apa?
Perhatikan dengan jeli di sini, ust Adi mengatakan orang bersin dan minum adalah qadariyah, tapi kesimpulan ini salah. Namun ustad Firanda malah meyakini bahwa orang yang bersin dan minum adalah qadariyah. ust Firanda berkata:
Tentu saja jawabnya adalah ust Firanda Andirja, bukan ust Adi.
Apa yang diutarakan oleh al-Ustadz AH adalah aqidah al-Qodariyah. Sesungguhnya semua yang terjadi di alam semesta ini baik makan dan minum maupun bersin, iman dan kufur, jodoh, rizki dan ajal semuanya dikehendaki dan telah ditetapkan oleh Allah.Lalu siapa yang qadariyah sebenarnya di sini?
Tentu saja jawabnya adalah ust Firanda Andirja, bukan ust Adi.
Tinggal pertanyaan jeniusnya di sini adalah mengapa ust Firanda yang berpaham qadariyah ini malah memfitnah ust Adi yang jelas-jelas mengatakan bahwa bersin dan minum itu bukan qadariyah sebagai ust yang berakidah qadariyah?
Silahkan dijawab… mudah-mudahan jawabnnya tidak seperti dua pepatah berikut:
Silahkan dijawab… mudah-mudahan jawabnnya tidak seperti dua pepatah berikut:
Maling teriak malingAtau mungkin ada yang mau menambah lagi?
Buruk rupa cermin dibelah
Lalu dimana relevansi dengan Jabbariyah yang dikatakan ust Firanda tadi?
Penulis kira ust Firanda yang sudah bergelar Doktor tidak mungkin bisa sampai keliru menyebut Qadariyah dengan Jabbariyah atau sebaliknya.
Penulis kira ust Firanda yang sudah bergelar Doktor tidak mungkin bisa sampai keliru menyebut Qadariyah dengan Jabbariyah atau sebaliknya.
Sayangnya beliau tidak menjelaskan apa itu Jabbariyah… setidaknya sebagai pembanding bahwa Qadariyah dan Jabariyah itu berbeda, dan tidak sama..
kamu yang salah, cintamu membuatmu buta
ReplyDeleteMari belajar lagi sebelum mengkritik, kritik antum di atas ana kira kurang ilmiah dan justru lebih mengutamakan opini pribadi daripada bobot keilmiahannya.
ReplyDeleteSebenar nya anda yg bodoh,belajar lagi
ReplyDeleteUstad Adi lebih saya yakini keilmuannya
ReplyDelete